RMK Perencanaan Transportasi
1. Pengertian
Transportasi
Transportasi
adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dalam
waktu tertentu dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh
manusia, hewan, maupun mesin. Definisi transportasi menurut beberapa ahli
adalah sebagai berikut:
1.
Menurut
Morlok (1978), transportasi didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan atau
mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain.
2.
Menurut
Bowersox (1981), transportasi adalah perpindahan barang atau penumpang dari
suatu tempat ketempat lain, dimana produk dipindahkan ke tempat tujuan
dibutuhkan. Dan secara umum transportasi adalah suatu kegiatan memindahkan
sesuatu (barang dan/atau barang) dari suatu tempat ke tempat lain, baik dengan
atau tanpa sarana.
3.
Menurut
Steenbrink (1974), transportasi adalah perpindahan orang atau barang dengan
menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke tempat-tempat yang terpisah secara
geografis.
4.
Menurut
Papacostas (1987), transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri
dari fasilitas tertentu beserta arus dan sistem control yang memungkinkan orang
atau barang dapat berpindah dari suatu temapat ke tempat lain secara efisien
dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas manusia.
Transportasi
manusia atau barang biasanya bukanlah merupakan tujuan akhir, oleh karena itu
permintaan akan jasa transportasi dapat disebut sebagai permintaan turunan (derived demand) yang timbul akibat
adanya permintaan akan komoditas atau jasa lainnya. Dengan demikian permintaan
akan transportasi baru akan ada apabila terdapat faktor-faktor pendorongnya.
Permintaan jasa transportasi tidak berdiri sendiri, melainkan tersembunyi
dibalik kepentingan yang lain (Morlok, 1984). Pada dasarnya permintaan angkutan
diakibatkan oleh hal-hal berikut (Nasution, 2004):
1.
Kebutuhan
manusia untuk berpergian dari lokasi lain dengan tujuan mengambil bagian di
dalam suatu kegiatan, misalnya bekerja, berbelanja, ke sekolah, dan lain- lain.
2.
Kebutuhan
angkutan barang untuk dapat digunakan atau dikonsumsi di lokasi lain.
Secara garis
besar, transportasi dibedakan menjadi 3 yaitu: transportasi darat, air, dan
udara. Pemilihan penggunaan moda transportasi tergantung dan ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu:
a.
Segi
pelayanan
b.
Keandalan
dalam bergerak
c.
Keselamatan
dalam perjalanan
d.
Biaya
e.
Jarak
tempuh
f.
Kecepatan
gerak
g.
Keandalan
h.
Keperluan
i.
Fleksibilitas
j.
Tingkat
populasi
k.
Penggunaan
bahan bakar
l.
Dan
lainnya.
Masing-masing
moda transportasi menurut Djoko Setijowarno dan Frazila (2001), memiliki
ciri-ciri yang berlainan, yakni dalam hal:
a.
Kecepatan,
menunjukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bergerak antara dua lokasi.
b.
Tersedianya
pelayanan (availability of service),
menyangkut kemampuan untuk menyelenggarakan hubungan antara dua lokasi.
c.
Pengoperasian
yang diandalkan (dependability of
operation), menunjukan perbedaan-perbedaan yang terjadi antara kenyataan
dan jadwal yang ditentukan.
d.
Kemampuan
(capability), merupakan kemampuan
untuk dapat menangani segala bentuk dan keperluan akan pengangkutan.
e.
Frekuensi
adalah banyaknya gerakan atau hubungan yang dijadwalkan.
2. Tujuan
Perencanaan Transportasi
Perencanaan
didefinisikan sebagai segala kegiatan atau proses yang menelaah langkah-langkah
potensial di masa depan unruk mengarahkan situasi atau sistem sesuai dengan
garis yang kita inginkan, mislanya untuk mencapai tujuan tertentu, menghindari
permasalahan atau keduanya (Edward K Morlok, 1985).
Sistem
transportasi memerlukan perencanaan berkesinambungan untuk menjamin kebutuhan
masyarakat akan mobilitas tersedia dan terawat denan biaya sosial ekonomi dan
lingkungan pada tingkat yang dapat diterima sesuai dengan kemampuan yang ada.
Input penting
dalam perencanaan transportasi adala berapa
banyaknya permintaan yang ada untuk saat ini dan prediksi permintaan
transportasi di masa depan.
Dalam perencanaan
sistem transportasi perlu adanya pendekatan-pendekatan umum untuk mengetahui
semua faktor-faktor yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. Pendekatan
sistem akan dapat mengkaitkan permasalahan yang ada untuk dapat menjawab dari
permasalahan yang dimaksud.
1.
Jarak
perjalanan
Dasar pemikiran dari distribusi
perjalanan adalah semua perjalanan yang dibangkitkan oleh zona i akan ditarik oleh zona-zona lain,
termasuk zona j. Suatu zona tujuan
akan menarik banyak perjalanan bangkitan apabila zona tersebut mempunyai daya
tarik tinggi. Selain dipengaruhi zona (tata guna lahan) distribusi perjalanan
dipengaruhi juga oleh jarak tempuh
yang lebih dekat. Faktor atau variabel jarak dalam hal ini ialah jarak
perjalanan seseorang atau barang untuk menuju dari satu zona ke zona lainnya
melalui jaringan jalan terpendek.
2.
Biaya
perjalanan (biaya angkutan umum)
Dalam konsep spasial sparation, dimana jarak di antara dua buah tata guna lahan
adalah merupakan batasan dari adanya pergerakan. Tetapi dalam hal ini spasial sparation tidak hanya ditentukan
dengan jarak, terdapat beberapa
ukuran lainnya yang dapat digunakan. Biasanya travel friction diukur dengan waktu
dan biaya yang diperlukan untuk
melakukan perjalanan.
Biaya perjalanan ialah biaya yang akan
dikeluarkan seseorang untuk melakukan perjalanan atau besarnya ruppiah yang
dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan angkutan
umum, hal ini akan mempengaruhi pergerakan perjalanan seseorang atau barang,
seperti halnya seseorang akan menggunakan rute angkutan umum yang memerlukan
biaya yang lebih murah dan efisien dibandingkan rute angkutan umum yang
memerlukan biaya yang lebih mahal.
3.
Konektivitas
Konektivitas dalam hal ini diartikan
sebagai derajat keterhubungan antar zona ditinjau dari banyaknya moda
(kendaraan pribadi dan angkutan umum) yang melayani perjalanan dari satu zona
ke zona lain. Dengan adanya derajat keterhubungan antar zona, maka dengan
banyaknya ketersediaan moda yang melayani perjalanan antar zona, akan
mempengaruhi jumlah perjalanan dengan mempertimbangkan adanya angkutan umum
atau hanya kendaraan pribadi saja yang dapat menghubungkan dari satu zona ke
zona lainnya dalam memenuhi kebutuhannya. Zona-zona yang dapat ditempuh dengan
berbagia moda, maka jumlah perjalanan yang akan dihasilkan semakin tinggi.
3. Konsep
Perencanaan
Perencanaan
transportasi harus dikoordinasikan dengan tata
guna lahan dan rencana-rencana lainnya untuk daerah yang bersangkutan.
Perencanaan ini harus dilakukan secara terus-menerus sehingga rencana-rencana
jangka panjang memenuhi perubahan-perubahan yang ada. Sebagai akibat dari
syarat-syarat ini, proses perencanaan transportasi harus memenuhi kriteria 3C,
yaitu menerus, menyeluruh, dan
terkoordinasi.
Aspek penting
perencanaan transportasi adalah fakta bahwa hal tersebut berorientasi menuju
masa depan. Aktivitas perencanaan terjadi dalam suatu periode waktu tertentu
tetapi harus mempertimbangkan langkah-langkah yang harus diambil di masa depan
dan kejadian yang mungkin terjadi selama tenggang waktu umur rencana.
4. Kendala
Perencanaan Transportasi
Perencanaan
trasnportasi tidak mudah untuk dirumuskan, ada banyak hal yang membuat
pendekatan perumusan menjadi sulit, yaitu:
1.
Masalah
transportasi bukan masalah yang tersendiri dan independen
2.
Sistem
transportasi perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi regional dan
nasional
3.
Ada
beragam tingkat keadaan yang harus dipertimbangkan untuk merencanakan
transportasi.
5. Permodelan
Transportasi
Model
didefinisikan sebagai penyederhanaan yang mewakili keadaan sesungguhnya yang
berintikan pada elemen yang jika ditinjau dari suatu sudut pandang dianggap
penting dalam proses analisisnya (Ortozar dan Williamsen, 1996).
Bentuk permodelan
klasik yang umum dikenal dan digunakan adalah Four Step Model yang
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1 Bagan alir Four Step Model
Sumber: reseachgate.net, 2019
1. Trip
Generation
Bangkitan perjalanan (Trip Generation) merupakan tahapan pertama dalam Four Step Model. Tahapan ini bertujuan untuk memprediksi jumlah total perjalanan yang dibangkitkan oleh zona asal Oi dan ditarik oleh zona tujuan Dj di setiap zona dalam area penelitian (Ortuzar dan
Williamsen, 1996).
Traffic Generation menunjukkan berapa banyak lalu lintas
yang dibangkitkan oleh setiap tata guna lahan, sedangkan traffic distribution memperlihatkan dari mana dan kemana lalu
lintas tersebut.
Gambar
2 Ilustrasi Trips
Sumber:
Department of Civil Engineering, IIT Bombay, 2019
1. Trip
Distribution
Tahapan kedua dari Four Step Model ini berkaitan dengan prediksi untuk tahun rencana
tertentu mengenai volume perjalanan sebesar Tij
yang melintas antara pasangan zona bangkitan I dan zona tarikan j.
Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa metode distribusi perjalanan
diklasifikasikan dalam 2 (dua) kelompok utama, yaitu:
1.
Growth Factor Methods
2.
Synthetic Methods
a. Opportunity
Model (OP)
b. Gravity
Model (GR)
c. Gravity-Opportunity
Model (GO)
d. Direct-Demand Model (DD).
Referensi:
P.,
Akbar Setiawan, 2017. Pelaksanaan
Pengangkutan Barang Menggunakan Sepeda Motor Melalui Layanan Go-Send dalam
Aplikasi Go-Jek. diakses tanggal 23 Maret pukul 23.47 WIB. https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1440/05.3%20bab%203.pdf
Pandesolang,
YC. 2015. Perencanaan Transportasi.
diakses tanggal 23 Maret pukul 23.11 WIB. http://e-journal.uajy.ac.id/7732/3/TA213706.pdf


Komentar
Posting Komentar