MENCARI KEBAHAGIAAN MESKI SENDIRI
“Jika kau takut kesendirian, janganlah menikah,” begitulah kata Anton Chekhov, seorang penulis asal Rusia (1860-1904).
Sendiri bukan berarti dunia tidak memperdulikan kehidupan kita, terkadang mereka hanya tidak mengetahui apa yang kita rasakan. Terlebih, kita tidak ingin mereka tahu apa yang kita rasakan. Kesendirian juga bukan sebuah kesalahan, meskipun banyak orang mengatakan bahwa kesendirian berakar dari kesalahan diri sendiri. Menurutku ini keliru, ya, keliru karena mereka tidak mengerti sepenuhnya tentang kesendirian. Kesendirian merupakan pilihan. Kita memilih untuk menyendiri karena ada hal yang perlu kita renungkan seorang diri, menenangkan diri dari keramaian yang membuat kita tidak bisa berpikir jernih.
Kita perlu untuk memisahkan diri dari kerumunan orang, mempertanyakan segala hal yang kita alami yang membuat kita ingin menyendiri. Kebanyakan orang memilih untuk menyendiri karena mendapat masalah, misalnya masalah dalam hubungan percintaan, pertemanan, keluarga, ataupun pekerjaan. Mereka mempertanyakan mengapa masalah itu bisa muncul, kemudian merenungkannya untuk mencari jawaban dari pertanyaan itu. Perlu kita ketahui, kesendirian identik dengan kesedihan, kegelisahan, kekhawatiran terhadap sesuatu. Namun, apakah kita pernah menyadari, setidaknya satu kali, bahwa kesendirian bisa juga melahirkan kebahagiaan?
Dalam ilmu psikologi, ada 3 tipe kepribadian manusia dalam hubungannya dengan sosial. Ketiga tipe itu adalah: extrovert, introvert, dan ambievert. Kita tidak akan membahas mengenai ciri-ciri dari masing-masing tipe diatas, selebihnya bisa kalian baca di artikel yang berbeda untuk memperluas pengetahuan. Kita akan membahas mengenai salah satu di antara ketia tipe diatas. Dari berbagai artikel yang sudah saya baca, ada satu tipe yang berkaitan dengan kesendirian—meskipun ketiga tipe itu sama berkaitan—yaitu introvert. Orang dengan kepribadian introvert kurang baik jika dihadapkan dengan keramaian, mereka lebih menyukai suasana yang tenang, jauh dari kebisingan yang bisa membuat mereka tidak fokus pada suatu hal. Artinya, mereka lebih suka untuk menyendiri.
Jika sedang berhadapan dengan satu masalah, biasanya orang dengan kepribadian introvert akan menghindari keramaian, hal ini berguna supaya mereka bisa merenungkan dan mencari jawabannya. Bukan itu saja, mereka lebih bahagia bila sedang sendiri—saya menjelaskan secara subjektif—karena mereka merasa lebih nyaman dengan kesendirian, mereka bisa mengerjakan apapun yang mereka sukai untuk mengisi kekosongan waktunya. Mereka yang berkepribadian introvert biasanya kurang percaya diri bila harus bersuara di depan umum, karena mereka tidak ingin menjadi pusat perhatian. Mereka lebih memilih untuk bersuara dengan lawan bicara yang sedikit dengan pembahasan yang begitu kompleks, bahkan mereka akan mengeluarkan ekspresi "terliar"nya bila hanya bersosialisasi dengan orang terdekatnya. Maka dari itu, biasanya mereka hanya memiliki sedikit kenalan dan bersosialisasi dengan orang yang sama sepanjang waktu. Namun, dengan cara seperti itu, mereka merasa lebih nyaman dan bahagia menjalani hidupnya. Meluangkan waktu bersama keluarga, teman, sahabat dengan maksimal (quality time).
Mungkin saja, selain orang dengan kepribadian introvert—dalam hal ini extrovert dan ambievert—juga sering meluangkan waktu untuk menyendiri, namun tak senyaman introvert. Mereka yang introvert adalah mereka yang ingin menghargai hidup dengan cara mereka, yaitu dengan kesendirian. Jelas, bukan kesendirian karena diputuskan oleh kekasih atau dimusuhi oleh teman-temannya hanya karena berebut layang-layang. Mereka menyendiri karena ingin bahagia.
Akhir kata, jika ada kekeliruan baik dalam penulisan ataupun informasi, mohon dikoreksi.
Salam aksara,
Patiko
Komentar
Posting Komentar